Finally I will write in Bahasa Indonesia. Now? ya, sekarang. Ceritanya begini, ada beberapa teman saya yang "ribut" setelah baca blog saya ini,
"Ver... gue mau kasih komentar, tapi kok bahasa Inggris sih"
"Ver, gue mau cerita juga, tapi mesti pake bahasa Inggris ya?"
"Ver... ganti aja pake bahasa Indonesia aja kenapa sih? Ribet gue mesti buka-buka kamus kalo pake bahasa Inggris, heran deh!" --- lho kok kamu marah sih jeung?
Saya sudah berkali-kali bilang, terserah komentar atau berbagi pengalamannya mau pake bahasa apa: bahasa Inggris, bahasa Indonesia, bahasa Jawa (kayak ibu saya), bahasa tarzan, bahasa Betawi (kayak nanny saya dulu), bahasa Jerman... terserah aja. Tapi tetep kok ya gak ada yang PD buat nulis cerita disini.
"Ver, lo nulis pake Bahasa Indonesia dulu deh, abis itu baru gue mau cerita-cerita juga. Buruan ya... udah pingin banget nih ngebahas tulisan lo".
Hwaaaa? Saya cuman bisa geleng-geleng kepala atau bengong. Saya suka heran sama orang yang terlalu ribet. Bikin pusing kepala. Tapi bagaimanapun juga, they are my dear friends. Temen-temen saya "annoying" kayak gitu, nothing but because they feel soooooo comfortable being themselves in front of me.
Hasilnya... voila! Ini tulisan pertama saya berbahasa Indonesia di blog ini. Terus terang, dari awal saya gak ada maksud mau bikin blog berbahasa Inggris. Kebetulan aja, tulisan-tulisan saya selama ini, lebih enak kalau diceritakan dengan bahasa tersebut.
Lalu saya berpikir, kenapa sih masalah bahasa aja diributin? Padahal mereka gak punya "language barrier" kok. Teman-teman saya yang heboh dan bingung pake bahasa ini atau itu malah bisa dibilang cenderung pintar. Dalam percakapan sehari-hari, mereka juga sering menyelipkan beberapa istilah bahasa Inggris yang bikin mereka semakin terlihat pintar. So why?
"Abis gue mesti make sure dulu darling, tulisan dan komentar yang gue buat nanti, gramatically correct gak ya? Males ah, kayak ujian aja".
Yaaaahhhh, kok mentalnya kayak gitu sih? Bukannya semakin kita sering nulis atau berbicara dengan suatu bahasa tertentu, kita jadi semakin fasih dengan bahasa tersebut? Justru mereka harus berterimakasih sama saya, ada wadah yang bisa dipakai untuk latihan menulis dengan bahasa lain.
Lagian, janganlah terlalu fokus dengan grammar, if that's the problem. Just loosen up yourself! Kebanyakan mikir grammar, kagak maju-maju entar, hehehe. Professor bahasa Inggris saya di University of Houston aja pernah bilang begitu di kelas. So, relax, dude!
Biar tambah rileks, ternyata banyak orang-orang di Amrik sini yang jago ngomong tapi giliran disuruh menulis dan mengeja , langsung gagap sesaat. Makanya disini aktif diadakan "spelling competition", supaya mereka ngerti "excellent" itu tulisannya bukan "exselent". FYI, banyak orang Amrik yang gak bisa nulis kata-kata seperti butterfly atau "harassment" (pertanyaannya sama dengan kamu, "Is it with two r or two s?")
Masih kurang rileks? Gini deh, presiden AS, George Bush, masih suka kebalik-balik kalo lagi ngomong bahkan juga kalo lagi speech, for God sake! Suka belibet gitu... padahal dia seorang presiden ni yee. Kalau ada press conference, yang ditunggu masyarakat Amrik terkadang bukan topik bahasannya, tapi... berapa kali dia ngomong belibet (?????!!!!). Keterlaluan, but it's true.
So, why are you soooo afraid to express yourself in English or other sophisticated languages?
Gue aja modal nekat.
Vera...Vera... sialan lo ya... nyindir gue ya tulisannya? Hwahaha...
ReplyDeleteBut I guess I could not agree more with your article. You're so damn good in persuading people without you having to sweat yourself in doing this. Bravo!
Gue setuju banget... banyak orang Indo, termasuk guru-guru bahasa Inggris yang lebih mentingin grammar. Didn't say it bad, but when it hold you back from talking... that sucks!
Btw, lupa... hihihi... ini gue, Sandra. Ah, pasti udah tau situ :P
ReplyDeleteKalau saya, memang gak mudheng aza, jadi kan mualu kalo gak nyambung dengan apa yang dibahas :-)
ReplyDeleteVavai